Kisah Syaisar, Relawan Penanggulangan Bencana Ditengah Cuaca Ekstrem.
Akhir-akhir ini cuaca memang sedang tak menentu. Siang hari terasa terik, sore harinya hujan deras. Bagi segelintir orang hujan di sore hari memang sejuk. Namun tidak bagi Saisar. Ia merasa gusar kalau hujan turun dengan derasnya. Apalagi ditambah dengan air kencang. Syaisar ialah sukarelawan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pemalang. Laki-laki berbadan gempal dan memiliki brewok ini sudah lama menjadi sukarelawan kemanusiaan. BPBD, PMI (Palang Merah Indonesia), bahkan pemgemudi Ambulance pun Ia jalani. "Mengalir saja." Ungkap Syaisar. Memang sudah panggilan hati untuk selalu menjadi relawan demi keamanan dan krnyamanan warga masyarakat. "Kalo sudah bantu orang, hati rasanya senang" ungkap Syaisar.
Setiap hujan turun, terlebih saat hujan lebat Ia berharap tak timbul apa-apa bagi lingkungan. HT (Handie Talkie) radio komunikasi dan gawai yang selalu siaga ditemani dengan secangkir teh di meja makan dengan keripik singkong Ia santap. Ibunya memang sempat memasakan sebutir telur ceplok kesukaannya. Namun karena pagi hari sudah hujan saja, Syaisar membuat mi rebus kesukaannya. Mi rebus itu Ia sajikan dengan telur ceplok yang sudah dimasakkan oleh ibunya pagi tadi. Sedap rasanya kalau menyantap indomi rebus saat hujan-hujan seperti sekarang.
Hujan turun begitu derasnya disertai dengan angin kencang. HT yang di aktifkan Syaisar yang awalnya senyap silih berganti terdengar "Monitor.., siaga satu hujan disertai angin kencang di Pemalang kota!" Ucap seseorang di HT. "Siap, di copy!" saut Syaisar yang sembari menyantap mi rebus dan telur ceplok itu.
Hujan turun tak henti, petir menyambar silih berganti. HT Syaisar yang aktif selalu terdengar suara rekan relawan lainnya meminta untuk siaga. Syaisar sembari menunggu hujan reda, Ia merasa gusar dan cemas. Dalam hatinya, jangan sampai ada kejadian lagi hari ini.
Satu jam berlalu hujan yang disertai petir dan angin itu akhirnya reda. Syaisar sambil menggenggam HT keluar menengok depan rumahnya. Dedaunan dari pohon mangga depan rumahnya tercecer di teras rumahnya. Pohon yang tingginya hampir setara dengan rumah Syaisar itu memang daunnya lebat. Wajar jika terkena angin kencang daunnya selalu memenuhi teras rumahnya. Terdengar dari kejauhan tetangga Syaisar ada yang menyapu teras, bunyi sapu "Sreekk.. sreekk.. sreekk..." terdengar dari kejauhan. Sambil memantau lingkungan sekitar pasca hujan lebat, Ia mendengar suara panggilan dari HT yang digenggamnya. "Laporan masuk, pohon tumbang mengenai tiang listrik di jalan Pemalang-Bantarbolang. Pohon tumbang melintang jalan dan membuat arus lalu lintas tersemdat." Ucap komandan relawan terdengar di HT milik Syaisar. "Seluruh anggota segera merapat ke kantor BPBD Kabupaten Pemalang dan bersiap!" Ujar komandan.
"Siap, di copy!" Respon Syaisar menjawab panggilan rekannya di HT. Tak lama Syaisar bergegas dan bersiap mengenakan baju dinasnya. Ia bergegas berangkat ke kantor memenuhi panggilan tersebut. Dengan mengenakan motor Honda Vario 150, Ia berangkat ke kantor dan bersiap mengevakuasi pohon tumbang.
Sesampainya di kantor BPBD Ia berkumpul dan bersiap. Briefing dilaksanakan dengan rekan relawan lainnya. Perlengkapan evakuasi dipersiapkan, Senso (gergaji mesin), kapak, dan alat lainnya. Setelah briefing selesai, Syaisar beserta relawan lainnya bergegas berangkat ke TKP pohon tumbang. Mobil Toyota Hilux berwarna jingga bertuliskan BPBD dan satu Daihatsu Grandmax Ambulance PMI digunakan untuk mengevakuasi. Bunyi sirene mengiringi perjalanan Syaisar dan tim relawan lainnya menuju TKP.
Sesampainya di TKP komandan relawan membagi anggotanya untuk membagi tugas. Ada yang mengatur lalu lintas, ada yang memotong dahan, ada yang membantu memotong dan menyingkirkan dahan dan batang pohon. Syaisar mendapat tugas memegang senso. Ya.. memang keahliannya sejak lama menggunakan senso gergaji mesin. Tidak sembarang orang boleh mengoprasikan senso karena konsekuensi dan resiko yang tinggi. Syaisar dibantu oleh dua rekan relawan lainnya yakni Arif dan Nugros. Arif dan Nugros membantu menyingkirkan dahan pohon yang sudah dipotong oleh Syaisar. Karena TKPnya ditengah hutan ditambah padamnya listrik imbas pohon tumbang. Area TKP gelap gulita. Tiap-tiap relawan mengenakan lampu yang dipakainya di dahi kepalanya masing-masing.
Proses evakuasi pohon tumbang tersebut ditangani oleh tim BPBD Kab. Pemalang, tim PMI Kab Pemalang dan Tim dari PLN Kab. Pemalang. Tim dari PLN membantu menyingkirkan kabel yang melintang di jalan raya. "Arus listrik di beberapa daerah otomatis padam seketika saat pohon tumbang. Maka aman saja jika kabel dievakuasi seperti ini (tanpa alat pelindung diri lengkap)" ungkap Agam, petugas PLN. Setelah semua selesai di evakuasi, jalan raya mulai lancar. Nanti ada petugas kami (PLN) yang akan menangani agar arus listrik ke daerah-daerah sekitar dapat lancar kembali" ujar Agam.
Proses evakuasi berjalan kurang lebih 2 jam 30 menit. Setelah selesai tim relawan membersihkan sisa dahan pohon yang masih tercecer. Setelah semua beres. Semua tim kembali ke kantor dan pulang kerumah masing-masing. "Kami selalu siap. Laporan masyarakat kami selalu respon cepat. Semua demi kenyamanan dan keamanan masyarakat" ujar Syaisar. Setelah sampai dikantor Syaisar bergegas pulang kerumah.
Cuaca yang sering berubah-ubah semoga tidak berdampak pada kegiatan masyarakat. Tidak berdampak pula pada lingkungan sekitar. Tim relawan dari BPBD selalu merespon cepat apabila ada kejadian dan laporan dari masyarakat berkaitan dengan keluhan serupa.
Komentar
Posting Komentar