Kisah Dibalik Supeltas Pengatur Keriuhan Lalu Lintas di Simpang Joglo, Surakarta (UAS Jurnalistik)

 

Kisah Dibalik Supeltas pengatur Keriuhan Lalu Lintas di Simpang Joglo, Surakarta

Pagi yang dingin. Waktu menunjukan pukul 06.30 WIB. Akan tetapi, wajah Warman (35), warga kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari sudah dibasahi oleh keringat. Suaranya serak. Peluit senantiasa menjadi teman setia. Sejak pukul 06.00 WIB, Warman dengan mengenakan rompi warna hijau menyala ini mengatur lalu lintas di simpang Joglo, Kadipiro, Surakarta, sebelah selatan tepatnya di Jl. Ki Mangun Sarkoro. Beliau adalah petugas supeltas, sukarelawan pengatur lalu lintas. Sudah 5 tahun lamanya beliau menjadi supeltas. Namanya sukarelawan, dia tidak digaji. Pengguna jalan biasa memberinya uang sekedarnya, 1000 rupiah sampai 5000 rupiah sebagai jasa mengatur lalu lintas.

Sumber gambar: : https://solo.tribunnews.com/2020/01/01/dishub-solo-sebut-overpass-di-palang-joglo-tak-akan-selesaikan-kemacetan-ini-alasannya

Seperti pada Senin (27/6/2022), beliau mengatur lalu lintas di kawasan simpang Joglo. Tempat itu macet imbas dari pembangunan rel layang. Mobil dan motor dari berbagai arah menumpuk menjadi satu di simpang Joglo ini, mengingat jumlah persimpangannya ada 7. Keriuhan lalu lintas terjadi di simpang Joglo hari itu. Apalagi jika kereta api sudah lewat, pasti antrean kendaraan banyak, padat, dan mengular sehingga menyebabkan macet yang panjang. Tidak ada traffic light /lampu lalu lintas disana. Mobil dan motor saling serobot mendahului lainnya. Akibatnya macet parah tak terhindarkan. Bahkan, kendaraan tidak bisa bergerak. Saling mengunci. Sekitar 5 menit hal itu berlangsung, tidak ada yang mengalah. Hal tersebut sering terjadi di simpang Joglo ketika jam sibuk. Jam pagi hari ketika orang berangkat kerja. Jam sore ketika warga pulang kerja.

“Biasanya puncak kemacetan itu pagi dan sore hari, jam padat orang lewat sini” ungkap Warman.

Imbas dari pembangunan rel layang/ (elevated rail) di simpang Joglo ini membuat Warman harus lebih ekstra dalam bekerja. Kemacetan biasa terjadi di jam sibuk, pagi dan sore hari. Beliau mengharapkan para pengguna jalan makin tertib berlalu lintas agar tak menjadi korban kecelakaan. Pasalnya, beliau sering menjumpai kala sedang bertugas. Pengemudi sepeda motor nekat menerobos jalan meski sudah ada tanda larangan berhenti darinya. Alhasil pengendara sepeda motor itu bersenggolan dengan pengendara lainnya.

Sumber gambar: https://www.kompas.com/properti/read/2022/01/11/103000021/ini-progres-proyek-underpass-simpang-joglo-titik-termacet-di-indonesia

Meski hanya empat jam turun di jalan, tanpa digaji, Lelah sudah pasti. Warman selalu mensyukuri pekerjaannya. Dia bersyukur lantaran apa yang dilakukan bisa membantu banyak orang. Terlebih jika setelah mengurai kemacetan di simpang Joglo, Warman mendapat apresiasi dan sapaan oleh pengendara

Tak hanya suka, bekerja sebagai pekerjaan yang krusial, Supeltas juga memiliki banyak duka. Acap kali saat bertugas di lapangan terjadi salah paham dengan pengguna jalan.  Dia mencontohkan saat mengatur arus lalu lintas di jalan raya. Tak disangka, ada pengendara sepeda motor yang nyelonong, padahal dia sudah memberikan tanda untuk berhenti.

“Pengendara yang nyelonong itu sempat menyenggol tangan saya, dia piker saya memukul helmnya. Dia turun dan marah-marah” kata Warman

Namun setelah dijelaskan olehnya, pengendara yang sempat cek cok dengannya ini justru berbalik menjadi baik padanya.

“Pas dia lewat, dia sapa saya,” ungkap Warman.

Semoga setelah pembangunan rel laying ini selesai, permasalahan kemacetan di simpang Joglo ini dapat terselesaikan. Sesuai rencana awal proyek pembangunan rel layang simpang Joglo ini dapat terselesaikan sampai tahun 2023.

“Semoga saja pembangunan rel layang ini cepat selesai. Agar tugas saya tidak terlalu berat seperti sekarang ini,” kata Warman

Kehadiran supeltas di simpang Joglo ini dinilai sangat bermanfaat bagi pengendara kendaraan bermotor. Tanpa kehadirannya, kondisi lalu lintas akan semakin kacau.

“Wah, kalau tidak ada supeltas disini lalu lintasnya kacau,” ungkap Tiyo sebagai pengendara motor yang kerap melintas simpang Joglo.

Profesi itu menjadi pahlawan bagi lalu lintas kota Solo, mulai dari menjaga kamtibmas, mengatur arus lalu lintas, menjaga kebersihan, hingga pelestari budaya tertib lalu lintas.

"Tanpa keringat mereka (supeltas), Kota Solo tidak akan seperti ini," ungkap Tiyo

Warman selaku supeltas memang tidak pernah menyangka bahwa pekerjaannya ini mendapat apresiasi lebih oleh masyarakat. Beliau bertugas pagi, siang sampai malam. Tujuannya hanya satu, dapat membantu sesame. Kemuliaan itulah yang membuat Warman dan kawan-kawannya yang sama-sama bertugas di simpang Joglo ini tetap gigih dan semangat dalam menjalani pekerjaanya.

Komentar