Kisah Dibalik Supeltas Pengatur Keriuhan Lalu Lintas di Simpang Joglo, Surakarta (UAS Jurnalistik)
Kisah Dibalik
Supeltas pengatur Keriuhan Lalu Lintas di Simpang Joglo, Surakarta
Pagi yang dingin. Waktu menunjukan pukul 06.30 WIB.
Akan tetapi, wajah Warman (35), warga kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari
sudah dibasahi oleh keringat. Suaranya serak. Peluit senantiasa menjadi teman
setia. Sejak pukul 06.00 WIB, Warman dengan mengenakan rompi warna hijau
menyala ini mengatur lalu lintas di simpang Joglo, Kadipiro, Surakarta, sebelah
selatan tepatnya di Jl. Ki Mangun Sarkoro. Beliau adalah petugas supeltas,
sukarelawan pengatur lalu lintas. Sudah 5 tahun lamanya beliau menjadi
supeltas. Namanya sukarelawan, dia tidak digaji. Pengguna jalan biasa
memberinya uang sekedarnya, 1000 rupiah sampai 5000 rupiah sebagai jasa
mengatur lalu lintas.
Sumber gambar:
Seperti pada Senin (27/6/2022), beliau mengatur lalu
lintas di kawasan simpang Joglo. Tempat itu macet imbas dari pembangunan rel
layang. Mobil dan motor dari berbagai arah menumpuk menjadi satu di simpang
Joglo ini, mengingat jumlah persimpangannya ada 7. Keriuhan lalu lintas terjadi
di simpang Joglo hari itu. Apalagi jika kereta api sudah lewat, pasti antrean
kendaraan banyak, padat, dan mengular sehingga menyebabkan macet yang panjang.
Tidak ada traffic light /lampu lalu lintas disana. Mobil dan motor
saling serobot mendahului lainnya. Akibatnya macet parah tak terhindarkan.
Bahkan, kendaraan tidak bisa bergerak. Saling mengunci. Sekitar 5 menit hal itu
berlangsung, tidak ada yang mengalah. Hal tersebut sering terjadi di simpang
Joglo ketika jam sibuk. Jam pagi hari ketika orang berangkat kerja. Jam sore
ketika warga pulang kerja.
“Biasanya puncak kemacetan itu pagi dan sore hari, jam
padat orang lewat sini” ungkap Warman.
Imbas dari pembangunan rel layang/ (elevated rail) di simpang
Joglo ini membuat Warman harus lebih ekstra dalam bekerja. Kemacetan biasa
terjadi di jam sibuk, pagi dan sore hari. Beliau mengharapkan para pengguna jalan makin tertib berlalu
lintas agar tak menjadi korban kecelakaan. Pasalnya, beliau sering menjumpai kala
sedang bertugas. Pengemudi
sepeda motor nekat menerobos jalan meski sudah ada tanda larangan berhenti
darinya.
Alhasil pengendara sepeda motor itu bersenggolan dengan pengendara lainnya.
Sumber gambar: https://www.kompas.com/properti/read/2022/01/11/103000021/ini-progres-proyek-underpass-simpang-joglo-titik-termacet-di-indonesia
Meski hanya empat jam turun di jalan, tanpa digaji,
Lelah sudah pasti. Warman selalu mensyukuri pekerjaannya. Dia bersyukur
lantaran apa yang dilakukan bisa membantu banyak orang. Terlebih jika setelah
mengurai kemacetan di simpang Joglo, Warman mendapat apresiasi dan sapaan oleh
pengendara
Tak hanya suka, bekerja sebagai pekerjaan yang
krusial, Supeltas juga memiliki banyak duka. Acap kali saat bertugas di
lapangan terjadi salah paham dengan pengguna jalan. Dia mencontohkan saat mengatur arus lalu
lintas di jalan raya. Tak disangka, ada pengendara sepeda motor yang nyelonong,
padahal dia sudah memberikan tanda untuk berhenti.
“Pengendara yang nyelonong itu sempat menyenggol
tangan saya, dia piker saya memukul helmnya. Dia turun dan marah-marah” kata
Warman
Namun setelah dijelaskan olehnya, pengendara yang
sempat cek cok dengannya ini justru berbalik menjadi baik padanya.
“Pas dia lewat, dia sapa saya,” ungkap Warman.
Semoga setelah pembangunan rel laying ini selesai,
permasalahan kemacetan di simpang Joglo ini dapat terselesaikan. Sesuai rencana
awal proyek pembangunan rel layang simpang Joglo ini dapat terselesaikan sampai
tahun 2023.
“Semoga saja pembangunan rel layang ini cepat selesai.
Agar tugas saya tidak terlalu berat seperti sekarang ini,” kata Warman
Kehadiran supeltas di simpang Joglo ini dinilai sangat
bermanfaat bagi pengendara kendaraan bermotor. Tanpa kehadirannya, kondisi lalu
lintas akan semakin kacau.
“Wah, kalau tidak ada supeltas disini lalu lintasnya
kacau,” ungkap Tiyo sebagai pengendara motor yang kerap melintas simpang Joglo.
Profesi
itu menjadi pahlawan
bagi lalu lintas kota
Solo, mulai dari menjaga kamtibmas, mengatur arus lalu lintas, menjaga
kebersihan, hingga pelestari budaya tertib lalu lintas.
"Tanpa
keringat mereka (supeltas),
Kota Solo tidak akan seperti ini," ungkap Tiyo
Warman selaku supeltas memang tidak pernah menyangka
bahwa pekerjaannya ini mendapat apresiasi lebih oleh masyarakat. Beliau
bertugas pagi, siang sampai malam. Tujuannya hanya satu, dapat membantu sesame.
Kemuliaan itulah yang membuat Warman dan kawan-kawannya yang sama-sama bertugas
di simpang Joglo ini tetap gigih dan semangat dalam menjalani pekerjaanya.


Komentar
Posting Komentar